MUSEUM
FATAHILLAH
I.
Latar
Belakang Museum
Museum
Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum
Batavia, adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2,
Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung
ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada
tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu
menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua
sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai
kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai
penjara.
Pada
tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum
Fatahillah.
II.
Sejarah
Museum
Gedung
Museum Sejarah Jakarta mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan
Pieterszoon Coen sebagai gedung balai kota kedua pada tahun 1626 (balai kota
pertama dibangun pada tahun 1620 di dekat Kalibesar Timur). Menurut catatan
sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua
dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi gedung sangat buruk. Tanah Jakarta yang
sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan
tanah. Solusi mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak
mengubah pondasi yang sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56
cm). Menurut suatu laporan 5 buah sel yang berada di bawah gedung dibangun pada
tahun 1649. Tahun 1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing satu
ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan perubahan
di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya terus dilakukan hingga menjadi bentuk
yang kita lihat sekarang ini.
Selain
digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan sebagai ‘’Raad van
Justitie'’ (dewan pengadilan). Pada tahun 1925-1942, gedung ini dimanfaatkan
sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai
untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 gedung ini menjadi
markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503
Jakarta Barat. Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu
diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Seperti
umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan “stadhuisplein”.
Menurut sebuah lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC “Johannes Rach” yang
berasal dari “Denmark”, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur
yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu
berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju stadhuiplein.
Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan
pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu
dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur
di tengah Taman Fatahillah. Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan
kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu “Taman Fatahillah” untuk
mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jakarta.
III.
Koleksi
Museum
Di
museum Fatahillah memiliki berbagai macam koleksi. Pada saat memasuki museum,
berbagai koleksi-koleksi menarik pun melengkapi isi dari museum tersebut.
Berikut beberapa koleksi yang terdapat dalam museum Bank Indonesia
Plang
Peringatan Pembangunan Museum Fatahillah yang dahulunya adalah Balai Kota
Koleksi tempat tidur
Koleksi
kursi
Lukisan karya pelukis Indonesia terkenal Raden
Saleh,
menceritakan tertangkapnya Pangeran Diponegoro oleh
Belanda
Patung Hermes di halaman belakang Museum
Inilah hasil pemotretan yang dapat saya ambil dalam
kunjungan ke museum Fatahillah
No comments:
Post a Comment